Rabu, 23 Maret 2011

Saat Sujud Mendekapnya

Alkisah,
Seorang lelaki tua melihat seorang anak kecil sekitar berusia 10 tahun sedang shalat didalam masjid dengan khusyuknya, setelah sang anak menyelesaikan shalatnya lelaki itupun menghampirinya..
"Siapa orang tuamu nak?" tanya sang lelaki dengan sangat kagumnya.
Si anak hanya terdiam dan sesaat kemudian meneteskan air mata, "Saya yatim piatu, Tuan.." jawab sang anak lirih.
Lelaki itu terdiam, kemudian bertanya kembali.
"Maukah engkau ku angkat menjadi anakku?". Sang anak menjawab, "Apakah jika aku lapar, engkau akan memberikanku makan?". "Ya". jawab lelaki itu mantap.
"Apakah jika aku kedinginan, engkau akan memberikanku pakaian?"tanya nya lagi, "Ya". Lelaki itu masih menjawabnya dengan begitu yakin.
"Apakah engkau akan mengobati dan menyembuhkanku bila aku sakit?". Lelaki itu menjawab "Untuk yang itu, aku tidak sanggup, Nak.." Sang anak bertanya lagi, "Apakah engkau akan menghidupkanku, bila aku mati?". Lelaki itu menggelengkan kepala "Aku juga tak sanggup."
Anak kecil itu berkata "Kalau begitu, biarkan aku bergantung kepada Dzat yang menciptakanku. Dialah yang memberiku petunjuk, yang memberiku makan dan minum. Jika aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku, dan Dia pula yang kelak akan mengampuni segala kesalahanku di Hari Perhitungan."
Lelaki tua itu terdiam seribu bahasa, tak tahu harus berbuat apa. Lalu, dari bibirnya terdengar suara lirih, "Aku beriman kepada Allah." 


Barang siapa yang bertawakal kepadaNya, maka Ia akan mencukupinya.


Kutipan buku "Menjadi Wanita Paling Bahagia", Dr.Aidh Al-Qarni.


Desa Rasamala, 8:28 AM.
-MF-

Minggu, 06 Maret 2011

Sistem Pendidikan Yang Aneh

Bingung mau protes ke siapa kalo begini ceritanya..

Salah satu siswi SMK, diwajibkan ikut PKL selama dua bulan. Dalam sehari dia bisa mengeluarkan ongkos sekitar Rp.10.000 untuk pergi ke tempatnya magang.
Perusahaan yang ia tempati hanya memodalkannya makan selama bekerja sebesar Rp.15.000 tok!!, tidak ada upah apapun, ia datang pukul 08.00 dan selesai sekitar pukul 18.00.
Pekerjaan yang ia lakukan dalam perusahaan tersebut adalah membantu karyawan disana mengetik, foto kopi, atau nge-print, sebagai pengetahuan..jurusan yang ia ambil adalah kejuruan akuntansi. Yap, bisa dianalisis sendiri, sudah relevan kah pekerjaan yang ia tekuni di magang dengan jurusan yang ia ambil di sekolahnya?
Catatan tambahan, di awal magang atau PKL, ia harus membayar kepada pihak sekolah uang sebesar Rp.280.000 untuk segala macam biaya yang tertera di kertas kontrak, diantaranya yang saya ketahui adalah biaya sertifikat PKL serta transportasi guru pembimbing, baiklah...!

Taruhlah, selama satu bulan ia menghabiskan dana sekitar Rp.250.000 untuk ongkos karena terpotong hari ahad(libur) dikalikan dua bulan maka totalnya berkisar Rp.500.000. Jadi, jika biaya tersebut diakumulasikan, siswi SMK tersebut telah mengeluarkan uang  sebesar Rp.780.000 untuk mendapatkan nilai PKL nya, belum lagi..ia tidak diberi kelonggaran untuk mengikuti ujian susulan, setelah dua bulan masa kontrak magangnya habis, ia kembali melanjutkan aktifitasnya di sekolah dan harus langsung mengikuti ujian sesuai dengan kalender akademik yang ada, tanpa keringanan apapun..walhasil, ia harus kejar mata pelajaran yang tertinggal selama dua bulan dengan meminjam dan mengkopi seluruh catatan pelajaran dari teman-temannya..
sungguh, meringis perih saya mendengar cerita siswi tersebut..!

Bingung, heran, marah, sedih, blankk...
Saya tak bisa berkata apa-apa, karena saya sendiri tidak faham dengan prosedur yang ada pada sekolah kejuruan, bagaimana sistemnya, bagaimana kontraknya, bagaimana penilaiannya..
Saya hanya bisa bilang, "dek..tanyakan semua kejelasannya pada gurumu, beranikan..niatkanlah pertanyaan itu untuk alasan saling mengingatkan, agar tidak ada yang merasa terzolimi"

Yang saya fahami, magang itu seharusnya menjadikan si pelajar lebih mengetahui kondisi nyata kerja di lapangan. Ia juga harus mampu menempatkan situasi diri dan wawasannya sesuai dengan tanggungjawab yang ia emban. Justru yang saya tangkap dari realita magang siswi tersebut hanya menambah PR sekolahnya yang semakin menumpuk, ditambah ia harus menempuh ujian diwaktu yang sama dengan anak yang tidak ikut magang, yap..ending yang mengejutkan!!

Beruntung,
teman-teman yang bisa sekolah di tempat yang jelas sistem dan arahannya. lah, kalau sekolah di pelosok macam begini, siapa yang mau ambil andil membenahi?
Saya..sungguh sangat mau, tapi siapalah saya..tak berilmu apa-apa disana

Wahai Anda Tuan dan Nyonya yang saya hormati..
Bagaimana mau mencerdaskan anak bangsa, wong..anak bangsanya mau cerdas saja dibuat susah...
Astaghfirullah..

~Dengan segala kerendahan hati, 
ini hanyalah keperihan saya, menyaksikan sistem pendidikan yang tidak terpegang dengan baik..

Parung, 06 Maret 2011
-MF-
Semoga perlahan tapi pasti, Sistem pendidikan di Indonesia lebih bermutu dan terarah
"Jadilah orang yang berotak Jerman tapi berhati Mekkah" B.J.Habibie
~Cerdas otak dan bersih hati~