Rembulan semakin membias diperaduannya, jam di dinding itu sudah sedari tadi berdetak tak kenal lelah..
dalam kesenyapan malam ini, pernahkah kita berfikir "Rabb, aku takut tidur lelap, aku takut Kau tak kembalikan ruh-ku kedalam jasad ini, bekalku tak seberapa banyak..apa yang harus kukatakan ketika persidangan itu kuhadiri, apa yang bisa kusuguhkan untukMu ya Rabb.."
Tanpa kita sadari, sudah berapa malam yang kita lalui, dengan tidur-tidur lelap itu, dengan mimpi-mimpi yang
sempurna itu, dengan lirih sayup-sayup lantunan nina bobo itu, ahh saudaraku...mungkin kita lupa bahwa Allah
sedang menahan ruh kita ketika kita terlelap. Bagaimana jadinya jika ruh itu tak pernah kembali pada tubuh si mpunya, bagaimana jadinya jika saat mata ini terjaga, yang terlihat hanyalah kabut tebal yang siap menyambut sesosok cahaya silau, ya!..Izroil yang berdiri gagah dihadapan pembaringan kita saat itu. Ya Ghofur, sungguh tak kuat diri ini membayangkannya.
"Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan bacaan di waktu itu lebih berkesan" (Qs.Al-Muzzammil : 6)
Benar-benar payah diri ini, sudah berapa ribu rakaat yang harusnya bisa kita tunaikan di sepertiga malam, berapa juta cinta yang kita lewatkan untuk berdua dengan Sang Khalik, berapa triliyun doa yang terhempas begitu saja--menguap--seiring jasad kita yang semakin terlelap. Padahal, di malam-malam sempurna itu, Sang kekasih sedang menanti kehadiran kita dengan khidmatnya, Ia menunggu puji-pujian dari bibir indah hambaNya. Ya Illahi Rabbi, tak seberapa lafas pujian yang terlontar dari mulut ini, lantas..masih pantaskah Kau menungguku dengan tergugu?
Semburat awan tipis menggenang dalam bayangku, sekelabat..selaksa kenangan itu mengalir perlahan, menusuk pori-pori hati yang semakin lapuk dan mengecil.
"apa saja yang sudah kita perbuat dimalam-malam kita?"
detak jantung seakan terhenti sesaat, batin seperti ingin menjerit sekencang-kencangnya, melafaskan kalimat Astaghfirullahaladzim dengan sisa-sisa tenaga yang ada. Sungguh saudaraku, mungkin kita pernah mencuri-curi waktu bercumbu dalam malam, bermain api dalam kelam, bermanja dengan khayalan dan angan yang sia-sia, betapa keterjagaan itu mungkin seringnya tak berdayaguna, tak melahirkan pahala, yang ada hanya tumpukan dosa dan dosa, terus dan terus..naudzubillahiminzalik.
Lalu,
inikah malam terakhirku?
malam yang tak mampu lagi kutatap mentari esok penuh harap, malam yang jadikanku harus mengumpulkan segala upaya untuk memberatkan timbanganku nanti, malam yang seolah menjadi cambuk dipeliknya kehidupan?,lantas..jika ini benar malam terakhirku, bagaimana dengan sanak saudaraku Rabbi, bagaimana dengan urusan-urusan duniawiku yang belum terselesaikan, bagaimana dengan hutang-hutangku yang belum juga kulunasi dengan segera?, bagaimana dengan bekalku yang hanya setitik zahra ini...ahh, terlalu sombong bahkan jika kumengatakan amalan ini sudah seberat titik zahra..
Ya Rabb, apa kuasa kami menahan waktu terhentinya usia kami di bumiMu, namun..bolehkah kami meminta untuk yang kesekiankalinya,,berkahkanlah tiap panjang usia kami, ampunilah malam-malam yang kami lalui dengan hanya kesia-siaan, maafkanlah malam-malam kami yang hanya tertipu oleh kenikmatan sesaat itu, maafkan Ya Rabb..
Rabb,
inikah malam terakhirku?
Parung, 130111
-MF-
cambuk bagi diri sendiri yang selalu dan selalu dalam ke-alpha-an :'(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar