Terlalu pekat
hingga peluh itu samar kulihat
Padam
secawan sinar kecil itu
seperti ingin membias remuk redam
ah maya..
nila ini terlalu riuh mendamba syurga
lampu sudut kota
nampak remang mengharu menggugu
layaknya delima
ranum..
malu..
sejenak menengadah..
langit semakin membiru baja
untai angin perlahan menghamburkan kapas-kapas asa
nila ini perlahan menegakkan sisa-sisa renta
mengumpulkan jeruji-jeruji cita
yang hampir payah tertawan sang pujangga
dan gemerlap durjana
ohh asa..
betapa merindu zahir ini merasa
mengembalikan retak-retak kata
yang tersekat diujung pena nya
biarkan masa telanjangi alpha
leburkan karam-karam cinta
dan
sang tertawan akan menguat membaja
lewat bias syahdu yang ia pendam
dalam..
hingga pagi
nanti
disebuah hari yang Hakiki lebih ketahui
nila akan menjadi putih sanubari
bukan lagi dalam mimpi
tapi
sungguh di arena sejati..
Parung, 010111
-MF-
4 komentar:
keren na ^^
oiya na blognya berat amat, sampe 134,1 kb :'(
hiks hiks hiks
ayo ina buat lg puisi lainnya :D
wah berat banget rul, terlalu banyak widget mungkin ya, pdhl sudah dikurangi dgn ga ada backsong lho ?_?
oke..oke..
kita sama2 berkarya,
perbanyak puisi2 menyindirmu itu ya rul ^^d
iya na kebanyakan widget mungkin, irul aja pun mau diet juga 87,92 kb beratnya :(
mau jadiin 65-75 kb :)
puisi menyindir yang mana na? :))
heheheheheehehehehehehehe
ok na mari kita terus berkarya ^^
hampir semua puisi anda bermajas ironi bung, konotatif..tapi tetap tersurat bahwa itu kalimat penyindiran positif..!! ^^
siap ^_^d
Posting Komentar