Minggu, 05 Februari 2012

Kamu, Yang Cantik Karena Teladanmu

Ketika semua tak terucap.
hanya sebuah senyum sederhana yang tergurat, atau sekedar salam yang menyapa hangat.
itu saja,
sudah membuatmu laksana bidadari diseluruh jagat

Duhai engkau, bidadari bumi
Teladanmu sudah cukup memberiku tausiyah bagi kerontang qolbu ini
***

Saya benar-benar iri dengan dia, iri sekalii..
apa yang bisa saya bilang,
tampilannya biasa saja, sederhana bahkan.
wajahnya tak tergolong rupawan, tapi tak juga masuk kategori buruk.
yahh..standart lah.

Saya,
masih juga bingung tentang apa yang harus saya bilang.
dia bukan lulusan universitas kenamaan, bahkan inggrisnya saja berantakan. Dirinya juga bukan dilahirkan dari keluarga mapan dan berlebihan, ya..sekedarnya sajalah. berkecukupan.
Ia juga bukan golongan mahasiswi yang terdaftar beasiswa ataupun prestasi-prestasi unggulan. Ia benar-benar biasa dan sepintas tak ada keunggulan.
Tapi saya masih saja iri..
iri sekali ingin seperti dirinya,
bukan! bukan karena saya tak menyukai diri saya yang sekarang. benar-benar bukan..
ada sesuatu yang lain..
sesuatu yang samar-samar saya ingin deskripsikan.

Ahh,
apalah yang bisa saya bilang.
Ia sederhana sekali dalam berpakaian,
busana yang ia kenakan tak ada di model majalah. jilbabnya juga ia biasa beli di pasar-pasar dengan harga yang standar..
matanya tak kecoklatan, bulu matanya juga tak begitu lentik. tapi Ya Tuhan..Rabbi semesta alam, kedua mata yang Engkau ciptakan untuknya sungguh gemilau. airnya putih, jernih nan bersih. ternyata karena dia senantiasa menundukkan pandangannya pada segala yang tak halal dan merusak pandangannya.
apalah yang bisa saya bilang,
matanya bagai bola pijar yang selalu terang benderang.membuat teduh siapa saja yang memandang.

Lalu,
lalu saya semakin iri padanya,
warna bibirnya tak se-merah delima. tapi tak juga gelap kecoklatan, ya..biasa saja.
tapi lagi-lagi, apalah yang bisa saya bilang,
dari kedua bibirnya selalu keluar ucapan-ucapan bak mutiara. tak ada umpatan, jarang sekali terdengar keluhan. yang sering ia bilang hanya kebaikan prasangka dan azzam kehidupan yang menggempita.
euforia kebahagian, dan pujian yang terdengar tulus, membuat jiwa raga ingin jadi yang terdepan dihadapan Tuhan.
lantas, apalagi yang mau saya bilang.
karena tanpa apapun yang dirinya bilang, semuanya sudah terucap dari keteladanan.

Sekarang,
apalagi yang mau saya bilang.
saat aktifitasnya melebihi waktu yang ia miliki, namun rumahnya tetap bersih. membuat tamu nyaman berada dipersinggahannya. buku-bukunya tertata rapih sekali.
tak ada sampah yang berceceran dikamarnya. tumpukan baju kotornya senantiasa ia luangkan untuk dicuci setiap hari. lemari pakaiannya..hemm..wangi. dan tertata sangat apik.
Ada rangkaian bunga di sebuah vas kecil disamping meja belajarnya. kemudian, secarik kertas tertempel di dinding hiasnya. justru inilah teladan terbaik darinya!.
rumahnya tetap bersih dan wangi, meski aktifitasnya menggunung diluar sana.
Rabbii...aku iri sekaliii...

Ya..ya, ini semakin menjadi semacam ke-iri-an
apalagi yang mesti saya bilang. tentang dia yang tak berkesudahan.
Peringainya..
sungguh aduhai.
tawanya tak berlebihan, canda-candanya terdengar jenius dan masuk akal. caranya berteman tulus dan penuh kasih sayang, ia seolah ingin menjadikan semuanya yang tersayang. bukan karena ingin mendapat pujian dan sanjungan, sekali lagi bukan!. ia hanya ingin menjadikan dirinya yang paling disayang oleh Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Sungguh.
Apalagi yang bisa saya bilang
saya iri dengan dia.
iri karena kedekatan antara dia dengan Rabbi izzati kekasihnya. iri sekali dengan nikmat kepayahan yang ia rasakan dalam ibadah-ibadah yang ia tunaikan.
hampir menangis bahkan saat ibadah ini belum juga sampai pada titik seperti ia mencintai Rabb-nya dan juga teladan yang selalu ia agung-agungkan, Rasulullah salallohualaihiwasalam.

Rabb,
tolong sembuhkan ke-iri-an ini, dengan menjadikanku satu lagi yang paling Kamu sayang Rabb..
tolong sembuhkan kecintaan ini kepadanya, dengan menjadikan ia satu lagi yang tetap menjadi hamba yang paling Kamu sayang..
tolong sembuhkan kami, dengan nikmatnya ibadah-ibadah padaMu yang tak berkesudahan
sembuhkan hati ini,
karena hanya Engkau yang punya penawarnya Rabb..

dan jadikan ke-iri-an ini
sebagai cambukku untuk semakin dekat kepada Kamu Rabbku sayang..

***
Dan akhirnya,
kusampaikan kejujuran ini..
bahwa hatiku sangat iri.
pada kamu,
duhai ukhti..
yang senantiasa menjaga cinta kepada Tuhanmu.
lewat keanggunan caramu beribadah..

ke-iri-an ini,
menimbulkan cinta yang teramat dalam padamu..
***

Cengkareng, 050212
MF.