Jumat, 28 Januari 2011

Oh, Ibu Pertiwi

Tuhan, marahkah Kau padaku
tak kudengarkan perintahMu
ku sakiti Engkau sampai perut bumi
ampuni kami Ya Rabbi

Sepenggal lirik lagu Sherina Munaf itu seolah mengingatkan kita pada tanggal 26 Desember 2004, Indonesia tercengang!, seluruh dunia terperangah menyaksikan bencana alam yang begitu hebat, tsunami aceh telah meluluhlantakkan semuanya, sekejap!, hanya sekejap mata namun mampu menyisakkan kepedihan yang teramat dalam, lama..terlalu lama untuk bisa terlupakan.
Kini, Indonesia kembali berduka, bencana demi bencana, ulah demi ulah, propaganda demi propaganda, intrik demi intrik, dan celakanya semua terjadi bertubi-tubi, melumat segala celah dosa tiada habisnya.. Duhai syaithan, siapa sekarang yang harus disalahkan? kau dengan segala kepicikanmu ataukah iman kami dengan segala compang-camping yang ada?

kilas balik segala bencana untukmu Ibu Pertiwi sudah menggenang dalam telaga pikiran ini, sudah banyak pula doa-doa yang terpanjat atas segala musibah yang menimpa bahtera negara ini, lantas..kenapa semua seolah tak berbalik apa-apa, mengapa justru satu persatu jawabannya kembali lagi kepada bencana itu sendiri. Oh, Ibu...sepertinya anak-anakmu sudah terlalu banyak menabung dosa, hingga kami terlalu payah menggali lubang-lubang untuk tutupi segala dosa kami, kami bahkan terlalu sibuk memperkaya diri sendiri dan memperpuruk kemiskinan tetangga dan sanak saudara disekitar kami. Oh, Ibu..masih sanggupkah zahirmu pertahankan omong kosong kami?, masih tegarkah tanahmu menahan tiap pijakan kaki kami?, ya Ibu..kami masih bertahan disini, karena yang kami ingat hanya slogan "Hujan batu di negeri sendiri, tetap jauh lebih nikmat ketimbang hujan emas tapi di negeri orang". Mungkin, kami lupa Ibu,kami lupa bahwa kami mempunyai setumpuk PR untuk menghujankan emas di negeri kami sendiri, kami terlalu kasat mata bahkan mungkin hampir buta untuk merasakan kenikmatan hujan batu itu, alangkah bodohnya kami Ibu,,berfoya-foya disebuah komunitas yang mayoritas penduduknya kesusahan. ahh Ibu, saya sungguh malu Ibu, bahkan satu medali emaspun tak pernah kupersembahkan tuk harumkan namamu, Duhai Ibu pertiwi...engkau Indonesiaku, negeri merah putih itu, bangsa pemberani diatas tahta kesucian!, Ya..paling tidak itu yang pernah guruku doktrinkan padaku sewaktu kecil.

Lalu?
Pertanyaan itu kembali berbalik kepada setiap insan yang berpikir. Ya, karena hanya memang insan yang senantiasa bertafakurlah yang akan memikirkan kerumitan ini, kekompleksan fenomena ini, fenomena bangsanya sendiri!
Lantas apa yang bisa aku dan kau perbuat untuk memajukan bangsa ini kawan? apa?!. Tanyakanlah pada hati  itu, hati yang mungkin sudah berhibernasi terlalu lama dan cukup beku untuk berevolusi lagi, memanaskan segala anekdot-anekdot di Negerinya sendiri. Oh Allah, hampir kelu ruhi dan raga ini meratapi, apa kunci dari segala kepelikkan tanah airku ini, dan siapa yang harus merubah nasib Ibu Pertiwi ini?. Blushh..semua samar, bagai pendar matahari yang perlahan masuk menerobos selaput awan dan mengintip rembulan yang siap mengganti tahtanya, yah..seperti itulah kira-kira siluet bayang-bayang ranah mimpi kita..samar..jingga..antara merah, kuning, atau kebiru-biruan, karena tak jelas apa dan siapa yang sekarang mestinya memacu otaknya untuk berfikir keras, memompa jantungnya untuk tetap bertahan pada proporsinya. Bawahan menyalahkan atasan, atasan mencaci maki bawahan..Rakyat menjerit kesakitan, owalah..pemimpinnya malah enak-enakan makan buah-buahan diatas uang korupsi yang makin edan, hampir gila-gilaan!, Si A**n yang cuma dihukum dua tahun lantas bebas bersyarat cuma bermodal wajib lapor dan bisa menghirup udara kebebasan lega, atau bahkan G****s mahasiswa jebolan sekolah negara yang jadi permainan skandal makelar para penjahat itu, cuma divonis tujuh tahun,,lalu kudengar seorang ibu rumah tangga mencuri payung di supermarket terkenal dan divonis hukuman tujuh tahun penjara, owalah..alangkah lucunya negeri ini!!..semua serba tak jelas!
Tapi ada satu benang merah disini sahabat, satu titik terang. Bahwasannya Ibu pertiwi sedang menunggu kehadiran putranya sendiri, kitalah sang putra itu, peraih asa terbesar pangkuan negara, yang akan menerobos kata "berkembang" ini menjadi "maju", tak gerahkah kita dengan fluktuasi dan kondisi seperti ini?

Kalau "siapa" itu sudah terjawab, lantas "apa" yang harus kita perbuat?
saya jadi teringat kalimat Yoris Sebastian dalam bukunya yang sangat inspiratif "Oh My Godness", beliau mengatakan "Every big step start with an inch", kalau kata Aa Gym "Mulai dari yang kecil, Mulai dari diri sendiri, dan Mulai dari sekarang", sudah menemukan ujung simpul benang kusut itu untuk diluruskan? sudah tau kemana arah pembicaraan kita?. Yaps, ini semua kembali ke pribadi kita masing-masing. Semua orang takkan percaya kalau kita menggembar-gemborkan kedaulatan, integritas, profesionalitas, visi misi yang sepadan, tapi...dalam diri itu tak cerminkan secuilpun kearifan, Astaghfirullah...jangan sampai kita jadi golongan "kaburomaktan" sahabatku..(terlebih ini adalah cambuk untuk diriku sendiri), golongan orang yang dibenci Allah karena hanya mampu berbicara tapi NOTHING pada fakta!, naudzubillah..

Mulailah dari yang kecil sahabat, dari sesuatu sederhana namun mampu melekat begitu dalam pada setiap hati saudara-saudara kita, jangan hanya ambil logika dan ide-ide mereka tapi ambil juga hati mereka, letakkan di tangan itu..pegang betul-betul, karena hati mereka laksana krystal yang mudah pecah bahkan serpihan-serpihannya bisa melukaimu sendiri kalau kau tak berhati-hati..
banyak hal, Rasulullah adalah bukti nyata itu, Suri tauladan nomer satu yang tercatat dalam sejarah..senyumya,  kearifannya, kecerdasannya, kejujurannya, Allahumma soli wa salaim wa barik alaih.. :'(
simpulkan senyum manis itu dari bibir indah kita, keluarkan kata-kata santun dari indah lidah kita, berikan mereka ruang pada indah hati kita, tanamkan pemikiran-pemikiran hebat pada indah otak dan akal kita, hakikatnya bukan sebuah harta yang seutuhnya dibutuhkan tapi krisis perhatian yang sedang terjadi disini, pada sesama kita!.

Mulailah dari diri sendiri sahabat, dari jasad yang sedang tertancap kokoh itu, pada raga yang begitu tegap dan kekar itu, pada tiang-tiang pemikiran yang brilian itu.
Rezim Soeharto sudah pernah kita taklukan, Jepang dan Belanda pernah mengaku kalah pada ultimatum keberanian kita, sekutu memang hanya tinggal jadi kutu waktu itu, lalu...kenapa sekarang kita yang jadi malah seperti kutu? layu? malu-malu hadapi penjahat nomer satu itu? kalian tahu? Ya kita itu?, bahkan diri sendiripun seperti pura-pura lupa mengaku? haduuhhh, benalu..!
Tidak!
kalimat tak terpuji itu bukan untuk diriku!, bukan untuk dirimu!, bukan untuk kita yang sudah payah berdoa, berlaku seadanya semampu yang kita bisa, ya sahabat! kita sudah bergerak..hanya perlu sedikiiit lagi membara, membakar seisi energi-energi kita yang tertidur, Allah lebih menyukai muslim yang kuat kan ketimbang muslim yang lemah?. Malulah kita dengan Tunisia yang sudah dari kemarin terbagun, atau Mesir yang bau-baru ini sedang menggeliat dari tidurnya, ayo sahabat,,kita raih gemilang itu lagi pada tanah Ibu Pertiwi ini, bukankah kita mendamba Islam yang jaya di bangsa yang sedang kita tempati sekarang?
Bangunlah kawan!
Buat Allah bangga mempunyai jundi-jundi seperti kita, Oh Ya Rabb...
:'( kami maluu..

Mulai lah dari sekarang..
Ya sekarang,
detik ini juga sahabatku, detik ini juga kita buat rencana-rencana indah itu, karena kebaikan yang tak terencana akan terkalahkan oleh keburukan yang terencana (Sayyidina Ali bin abi thalib ra.), kalian tau mengapa Yahudi begitu pintar, bahkan sudah sedari kecil mereka punya konsep yang dahsyat untuk mendidik anak-anak bangsanya menjadi sosok yang pintar, mulai dari instrumen musik, matematika, latihan memanah, sampai wajib militer..ohh tentu kawan, lain Yahudi lain pula Palestina, mereka jauh jauh jauh lebih pintar dan hebad ketimbang Bangsa Laknatullah itu, lihatlah..how can imagine? anak usia 4tahun bisa menjadi penghafal Alquran...GREAT!! that the way you are!, kalau mereka bisa kenapa kita enggak!

Jangan menyerah..
Jangan mengalah..
Bangunkan bangkitkan semangat mu hingga membara
Yakinkan pastikan inilah puncak segalanya
Berbanggalah karena kau adalah 
SANG JUARA..!!
(Bondan prakoso feat fade2black)

Parung, 28 Januari 2011
-MF-
Diatas kepedihan meratapi Bangsa
Diatas kemarahan melihat Kaum Arab yang berjuang atas penindasan Rezim para antagonis dunia
Diatas kudukaan yang teramat dalam atas kecilnya diri ini dan tak mampu bersikap apa-apa
Ataghfirullahaladzim :'(
(Jeritan hati untuk negeriku sendiri)




Minggu, 23 Januari 2011

Realis Baik Hati

Ya,,kalimat itu yang saya dapat saat iseng-iseng mengikuti salah satu kuis di facebook. Sebuah kuis yang menarik untuk saya coba, mengenali karakter diri, salah satu ilmu yang saya rasa harus kita ketahui, bahkan sampai ada doanya "Allahumma arifni nafsi" Ya Allah, perkenalkanlah aku pada diriku..

* * * 

Tipe Realis Baik Hati adalah pribadi-pribadi yang hangat dan suka menolong. Mereka melakukan pekerjaan mereka dengan sungguh-sungguh dan memiliki bakat mengorganisir yang menonjol. Seringnya mereka merasa terikat dengan nilai-nilai tradisional. Keluarga, khususnya, sangat penting bagi tipe Realis Baik Hati. Kepuasan tertinggi mereka adalah ketika menjadikan diri mereka berguna dan mengurus orang lain. Namun mereka tidak suka menonjolkan diri; mereka lebih suka menuntaskan pekerjaan mereka di luar sorotan. Tipe Realis Baik Hati adalah pecandu kerja yang sesungguhnya; mereka sangat bisa diandalkan dan tidak ada yang berlebihan bagi mereka dalam urusan menyelesaikan pekerjaan. Ketelitian, kesungguhan, dan kepatuhan adalah kekuatan-kekuatan mereka. Mereka lebih suka situasi yang tertata dan akrab ketimbang situasi baru dan belum diketahui.

Dalam menghadapi orang lain, tipe Realis Baik Hati sangat menjaga perasan dan senang menolong; dengan senang hati mereka selalu mengesampingkan kebutuhan mereka sendiri demi keluarga dan teman-teman mereka. Rumah mereka biasanya sangat resik, hangat, dan rapi. Perfeksionisme di satu sisi dan ketidaksukaan mereka untuk mendelegasikan tugas di sisi lainnya sering membuat mereka menanggung terlalu banyak tanggung jawab baik secara profesional maupun pribadi. Mereka tidak tahan ketidakselarasan; konflik membuat mereka sangat tidak bahagia. Anda nyaris bisa menjuluki mereka kecanduan harmoni – dan ini terkadang membuat mereka mengabaikan diri sendiri dan keinginan-keinginan mereka sendiri karena mereka tidak mampu menolak.

Tipe Realis Baik Hati mengidamkan hubungan seumur hidup yang stabil dan penuh kepercayaan. Pernikahan dan keluarga sangat penting bagi mereka. Mereka mengurus pasangan mereka dengan pernuh perhatian dan kasih sayang serta banyak mengalah demi hubungan yang harmonis. Mereka juga teman yang setia dan dapat diandalkan. Namun demikian, mereka dapat sangat terluka jika komitmen mereka terhadap orang lain terlalu lama tidak dihargai.
* * * 

Bagi saya materi seperti ini sangat penting, pengenalan terhadap diri sendiri itu seperti belajar memahami diri sendiri, apa yang sebenarnya kita butuhkan, apa yang harus kita fahami dan perlakuan seperti apa yang harus kita hadapkan kepada diri kita sendiri saat kita sedang terpuruk ataupun penuh kebahagiaan.
Bagaimana dengan kamu sahabatku?, 
dapatkah kalian simpulkan bagaimana pribadimu sebenarnya? 
^_~"

Parung, 22 Januari 2011
-MF-

Sabtu, 22 Januari 2011

Murabbi, Samudera ilmu Cakrawala ketegaran

Murabbi,
Sebuah sebutan yang begitu indah kudengar, sosok karismatik nan mulia tiap kali ku membayangkan wajah-wajah teduh itu, ya..duhai kalian Murabbiahku,Guruku... pengganti ibuku kala aku berada jauh dari rumahku, pengganti sahabatku kala kegelisahan dan kegembiraan ini ingin kutumpahkan.
Ini bukan sekedar menyampaikan ilmu, ada transfer ruhiyah yang terjadi saat aku dan kamu bertemu, ada sebongkah cinta yang tertumpahkan saat peluk hangat itu kudapatkan, ada segunung doa saat tangan lembut itu meraih jabat tanganku, dan hanya di jalan ini aku bisa merasakan detik-detik berharga penuh romansa itu.

Murabbi,
Sudah berapa banyak jasamu dalam tiap langah titian hidupku, Darul Arkom sederhana itu pernah menguntai kisah manis kita, lingkaran penuh tawa itu pernah membahana dalam selaksa canda-canda kita, gerimis air mata itu pernah pecah dan membuncah dalam harunya mutaba'ah kita, dan seperti inilah Rasulullah membawakan strategi dakwah itu, strategi yang sampai sekarang kau pakai untuk mendekatiku duhai Murabbiahku.

Murabbi,
Tergurat sudah lelah-lelah itu dalam rona wajahmu, namun tak pernah sedikitpun keluh kesah keluar dari kalimat-kalimat indahmu, andai aku tahu semua penatmu, tapi yang kutahu hanya selangit ketegaranmu dan hidangan nikmat yang selalu tersedia di permadani rumahmu. 

Murabbi,
aku yakin kalian takkan pernah membaca tulisan ini, terkecuali jika Allah izinkan kalian memiliki waktu luang untuk sekedar membuka halaman tak berguna ini ^_^V
dan andai Allah masih izinkan ku bertemu dengan kalian lagi, aku ingin mengecup punggung tanganmu, memeluk hangat dirimu, dan mengatakan "Terimakasih.."
* * *

Teristimewa untuk kalian,
Khadijah hatiku..
Murabbiahku..

Teruntukmu Ummi..
terimakasih telah mengantarkan hijrahku, untuk senja nan syahdu itu..ahh ummi, andai kutahu pelukan erat itu adalah kado terakhir darimu, takkan pernah kulepas begitu cepat.
Jumat,16 maret 2006..tercatat tanggal itu dihatiku ummi..
Ahad, 18 maret 2006..tercatat tanggal itu di batu nisan mu ummi..
I love u,,
* * * 


Hampir lusuh buku-buku itu kubaca berulang kali, susah payah kucoba hafalkan ayat-ayat yang akan kukutip nanti, irama jantungpun selalu berdegup tak menentu, ya..hati selalu berdesir lirih tiap menantikan hari itu, hari dimana aku akan berjumpa dengan kalian, bertemu dengan wajah-wajah teduh itu, memandang lekat-lekat simpul senyum nan manis itu..
Berkeringat aku kalian buat, lepas tawa dan celoteh sederhana itu selalu mengobati sedikit gemetarku, sungguh bukan karena aku demam panggung,,tapi ini adalah sebentuk kesangsianku menyampaikan tiap-tiap ilmu itu,ini adalah sebentuk kegelisahanku pada amalanku sendiri, ini adalah sebentuk ketergugupanku pada pertanggungjawabanku nanti..
Dek,,
Pantaskah aku menjadi Murabbiahmu..?
ahh murabbiku..
Ternyata begitu sulit menjadi dirimu..
* * *

Parung, 22 Januari 2011
-MF-


Selasa, 18 Januari 2011

10 Wasiat Imam Hasan Al Banna

10 WASIAT HASAN ALBANA
=======================

1. Bangunlah segera untuk melakukan sholat apabila mendengara adzan walau bagaimanapun keadaannya.
2. Baca, Telaah dan dengarkan Al-Quran atau dzikirlah kepada Allah dan janganlah engkau menghambur-hamburkan waktumu dalam masalah yang tidak ada manfaatnya.
3. Bersungguh-sungguhlah untuk bisa berbicara dalam bahasa Arab dengan fasih.
4. Jangan memperbanyak perdebatan dalam berbagai bidang pembicaraan sebab hal ini semata-mata tidak akan mendatangkan kebaikan.
5. Jangan banyak tertawa sebab hati yang selalu berkomunikasi dengan Allah (dzikir) adalah tenang dan tentram.
6. Jangan bergurau karena umat yang berjihad tidak berbuat kecuali dengan bersungguh-sungguh terus-menerus.
7. Jangan mengeraskan suara di atas suara yang diperlukan pendengar, karena hal ini akan mengganggu dan menyakiti.
8. Jauhilah dari membicarakan kejelekan orang lain atau melukainya dalam bentuk apapun dan jangan berbicara kecuali yang baik.
9. Berta’aruflah dengan saudaramu yang kalian temui walaupun dia tidak meminta, sebab prinsip dakwah kita adalah cinta dan ta’awun (kerja sama).
10. Pekerjaan rumah kita sebenarnya lebih bertumpuk dari pada waktu yang tersedia, maka manfaatkanlah waktu dan apabila kalian mempunyai sesuatu keperluan maka sederhanakanlah dan percepatlah untuk diselesaikan.

Sumber : http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/10-wasiat-imam-hasan-al-banna.htm

Bandung-Tangerang, 180111
-MF-
dalam perjalanan panjang penuh renungan..

Imam Hasan Albanna

Hasan Al Banna dilahirkan di desa Mahmudiyah kawasan Buhairah, Mesir tahun 1906 M. Ayahnya, Syaikh Ahmad al-Banna adalah seorang ulama fiqh dan hadits. Sejak masa kecilnya, Hasan al Banna sudah menunjukkan tanda-tanda kecemerlangan otaknya. Pada usia 12 tahun, atas anugerah Allah, Hasan kecil telah menghafal separuh isi Al-Qur'an.
Sang ayah terus menerus memotivasi Hasan agar melengkapi hafalannya. Semenjak itu Hasan kecil mendisiplinkan kegiatannya menjadi empat. Siang hari dipergunakannya untuk belajar di sekolah. Kemudian belajar membuat dan memperbaiki jam dengan orang tuanya hingga sore. Waktu sore hingga menjelang tidur digunakannya untuk mengulang pelajaran sekolah. Sementara membaca dan mengulang-ulang hafalan Al-Qur'an ia lakukan selesai shalat Shubuh. Maka tak mengherankan apabila Hasan al Banna mencetak berbagai prestasi gemilang di kemudian hari. Pada usia 14 tahun Hasan al Banna telah menghafal seluruh Al-Quran. Hasan Al Banna lulus dari sekolahnya dengan predikat terbaik di sekolahnya dan nomor lima terbaik di seluruh Mesir. Pada usia 16 tahun, ia telah menjadi mahasiswa di perguruan tinggi Darul Ulum.

Demikianlah sederet prestasi Hasan kecil. Selain prestasinya di bidang akademik, Ia juga memiliki bakat leadership yang cemerlang. Semenjak masa mudanya Hasan Al-Banna selalu terpilih untuk menjadi ketua organisasi siswa di sekolahnya. Bahkan pada waktu masih berada di jenjang pendidikan i'dadiyah (semacam SMP), beliau telah mampu menyelesaikan masalah secara dewasa, kisahnya begini:

Suatu siang, usai belajar di sekolah, sejumlah besar siswa berjalan melewati mushalla kampung. Hasan berada di antara mereka. Tatkala mereka berada di samping mushalla, maka adzan pun berkumandang. Saat itu, murid-murid segera menyerbu kolam air tempat berwudhu. Namun tiba-tiba saja datang sang imam dan mengusir murid-murid madrasah yang dianggap masih kanak-kanak itu. Rupanya, ia khawatir kalau-kalau mereka menghabiskan jatah air wudhu. Sebagian besar murid-murid itu berlarian menyingkir karena bentakan sang imam, sementara sebagian kecil bertahan di tempatnya. Mengalami peristiwa tersebut, al Banna lalu mengambil secarik kertas dan menulis uraian kalimat yang ditutup dengan satu ayat Al Qur'an, "Dan janganlah kamu mengusir orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya."(Q. S. Al-An'aam: 52).
Kertas itu dengan penuh hormat ia berikan kepada Syaikh Muhammad Sa'id, imam mushalla yang menghardik kawan-kawannya. Membaca surat Hasan al Banna hati sang imam tersentuh, hingga pada hari selanjutnya sikapnya berubah terhadap "rombongan anak-anak kecil" tersebut. Sementara para murid pun sepakat untuk mengisi kembali kolam tempat wudhu setiap mereka selesai shalat di mushalla. Bahkan para murid itu berinisiatif untuk mengumpulkan dana untuk membeli tikar mushalla

Pada usia 21 tahun, beliau menamatkan studinya di Darul 'Ulum dan ditunjuk menjadi guru di Isma'iliyah. Hasan Al Banna sangat prihatin dengan kelakuan Inggris yang memperbudak bangsanya. Masa itu adalah sebuah masa di mana umat Islam sedang mengalami kegoncangan hebat. Kekhalifahan Utsmaniyah (di Turki), sebagai pengayom umat Islam di seluruh dunia mengalami keruntuhan. Umat Islam mengalami kebingungan. Sementara kaum penjajah mempermainkan dunia Islam dengan seenaknya. Bahkan di Turki sendiri, Kemal Attaturk memberangus ajaran Islam di negaranya. Puluhan ulama Turki dijebloskan ke penjara. Demikianlah keadaan dunia Islam ketika al Banna berusia muda. Satu di antara penyebab kemunduran umat Islam adalah bahwa umat ini jahil (bodoh) terhadap ajaran Islam.

Maka mulailah Hasan al Banna dengan dakwahnya. Dakwah mengajak manusia kepada Allah, mengajak manusia untuk memberantas kejahiliyahan (kebodohan). Dakwah beliau dimulai dengan menggalang beberapa muridnya. Kemudian beliau berdakwah di kedai-kedai kopi. Hal ini beliau lakukan teratur dua minggu sekali. Beliau dengan perkumpulan yang didirikannya "Al-Ikhwanul Muslimun," bekerja keras siang malam menulis pidato, mengadakan pembinaan, memimpin rapat pertemuan, dll. Dakwahnya mendapat sambutan luas di kalangan umat Islam Mesir. Tercatat kaum muslimin mulai dari golongan buruh/petani, usahawan, ilmuwan, ulama, dokter mendukung dakwah beliau.
Pada masa peperangan antara Arab dan Yahudi (sekitar tahun 45-an), beliau memobilisasi mujahid-mujahid binaannya. Dari seluruh Pasukan Gabungan Arab, hanya ada satu kelompok yang sangat ditakuti Yahudi, yaitu pasukan sukarela Ikhwan. Mujahidin sukarela itu terus merangsek maju, sampai akhirnya terjadilah aib besar yang mencoreng pemerintah Mesir. Amerika Serikat, sobat kental Yahudi mengancam akan mengebom Mesir jika tidak menarik mujahidin Ikhwanul Muslimin. Maka terjadilah sebuah tragedi yang membuktikan betapa pengecutnya manusia. Ribuan mujahid Mesir ditarik ke belakang, kemudian dilucuti. Oleh siapa? Oleh pasukan pemerintah Mesir! Bahkan tidak itu saja, para mujahidin yang ikhlas ini lalu dijebloskan ke penjara-penjara militer. Bahkan beberapa waktu setelah itu Hasan al Banna, selaku pimpinan Ikhwanul Muslimin menemui syahidnya dalam sebuah peristiwa yang dirancang oleh musuh-musuh Allah.

Dakwah beliau bersifat internasional. Bahkan segera setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Hasan al Banna segera menyatakan dukungannya. Kontak dengan tokoh ulama Indonesia pun dijalin. Tercatat M. Natsir pernah berpidato didepan rapat Ikhwanul Muslimin. (catatan : M. Natsir di kemudian hari menjadi PM Indonesia ketika RIS berubah kembali menjadi negara kesatuan).
Syahidnya Hasan Al-Banna tidak berarti surutnya dakwah beliau. Sudah menjadi kehendak Allah, bahwa kapan pun dan di mana pun dakwah Islam tidak akan pernah berhenti, meskipun musuh-musuh Islam sekuat tenaga berusaha memadamkannya.

"Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. "(Q. S. Ash-Shaff: 8)
Masa-masa sepeninggal Hasan Al-Banna, adalah masa-masa penuh cobaan untuk umat Islam di Mesir. Banyak murid-murid beliau yang disiksa, dijebloskan ke penjara, bahkan dihukum mati, terutama ketika Mesir di perintah oleh Jamal Abdul Naseer, seorang diktator yang condong ke Sovyet. Banyak pula murid beliau yang terpaksa mengungsi ke luar negeri, bahkan ke Eropa. Pengungsian bagi mereka bukanlah suatu yang disesali. Bagi mereka di mana pun adalah bumi Allah, di mana pun adalah lahan dakwah. Para pengamat mensinyalir, dakwah Islam di Barat tidaklah terlepas dari jerih payah mereka. Demikianlah, siksaan, tekanan, pembunuhan tidak akan memadamkan cahaya Allah. Bahkan semuanya seakan-akan menjadi penyubur dakwah itu sendiri, sehingga dakwah Islam makin tersebar luas.

Di antara karya penerus perjuangan beliau yang terkenal adalah Fi Dzilaalil Qur'an (di bawah lindungan Al-Qur'an) karya Sayyid Quthb. Sebuah kitab tafsir Al-Qur'an yang sangat berbobot di jaman kontemporer ini. Ulama-ulama kita pun menjadikannya sebagai rujukan terjemahan Al-Qur'an dalam Bahasa Indonesia. Di antaranya adalah Al-Qu'an dan Terjemahannya keluaran Depag RI, kemudian Tafsir Al-Azhar karya seorang ulama Indonesia Buya Hamka. Mengenal sosok beliau akanlah terasa komplit apabila kita mengetahui prinsip dan keyakinan beliau.
Berikut ini adalah prinsip-prinsip yang senantiasa beliau pegang teguh dalam dakwahnya:
Saya meyakini: "Sesungguhnya segala urusan bagi Allah. Nabi Muhammad SAW junjungan kita, penutup para Rasul yang diutus untuk seluruh umat manusia. Sesungguhnya hari pembalasan itu haq (akan datang). Al-Qur’an itu Kitabullah. Islam itu perundang-undangan yang lengkap untuk mengatur kehidupan dunia akhirat."
Saya berjanji: "Akan mengarahkan diri saya sesuai dengan Al-Qur’an dan berpegang teguh dengan sunah suci. Saya akan mempelajari Sirah Nabi dan para sahabat yang mulia."
Saya meyakini: "Sesungguhnya istiqomah, kemuliaan dan ilmu bagian dari sendi Islam."
Saya berjanji: "Akan menjadi orang yang istiqomah yang menunaikan ibadah serta menjauhi segala kemunkaran. Menghiasi diri dengan akhlak-akhlak mulia dan meninggalkan akhlak-akhlak yang buruk. Memilih dan membiasakan diri dengan kebiasaan-kebiasaan islami semampu saya. Mengutamakan kekeluargaan dan kasih sayang dalam berhukum dan di pengadilan. Tidak akan pergi ke pengadilan kecuali jika terpaksa, akan selalu mengumandangkan syiar-syiar islam dan bahasanya. Berusaha menyebarkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk seluruh lapisan umat ini."
Saya meyakini: "Seorang muslim dituntut untuk bekerja dan mencari nafkah, di dalam hartanya yang diusahakan itu ada haq dan wajib dikeluarkan untuk orang yang membutuhkan dan orang yang tidak punya.
Saya berjanji: "Akan berusaha untuk penghidupan saya dan berhemat untuk masa depan saya. Akan menunaikan zakat harta dan menyisihkan sebagian dari usaha itu untuk kegiatan-kegiatan kebajikan. Akan menyokong semua proyek ekonomi yang islami, dan bermanfaat serta mengutamakan hasil-hasil produksi dalam negeri dan negara Islam lainnya. Tidak akan melakukan transaksi riba dalam semua urusan dan tidak melibatkan diri dalam kemewahan yang diatas kemampuan saya."
Saya meyakini: "Seorang muslim bertanggung jawab terhadap keluarganya, diantara kewajibannya menjaga kesehatan, aqidah dan akhlak mereka."
Saya berjanji: "Akan bekerja untuk itu dengan segala upaya. Akan menyiarkan ajaran-ajaran islam pada seluruh keluarga saya, dengan pelajaran-pelajaran islami. Tidak akan memasukkan anak-anak saya ke sekolah yang tidak dapat menjaga aqidah dan akhlak mereka. Akan menolak seluruh media massa, buletin-buletin dan buku-buku serta tidak berhubungan dengan perkumpulan-perkumpulan yang tidak berorientasi pada ajaran Islam."
Saya meyakini: "Di antara kewajiban seorang muslim menghidupkan kembali kejayaan Islam dengan membangkitkan bangsanya dan mengembalikan syariatnya, panji-panji islam harus menjadi panutan umat manusia. Tugas seorang muslim mendidik masyarakat dunia menurut prinsip-prinsip Islam."
Saya berjanji: "Akan bersungguh-sungguh dalam menjalankan risalah ini selama hidupku dan mengorbankan segala yang saya miliki demi terlaksananya misi (risalah) tersebut."
Saya meyakini: "Bahwa kaum muslim adalah umat yang satu, yang diikat dalam satu aqidah islam, bahwa islam yang memerintahkan pemelukya untuk berbuat baik (ihsan) kepada seluruh manusia."
Saya berjanji: "Akan mengerahkan segenap upaya untuk menguatkan ikatan persaudaraan antara kaum muslimin dan mengikis perpecahan dan sengketa di antara golongan-golongan mereka."
Saya meyakini: "Sesungguhnya rahasia kemunduran umat Islam, karena jauhnya mereka dari "dien" (agama) mereka, dan hal yang mendasar dari perbaikan itu adalah kembali kepada pengajaran Islam dan hukum-hukumnya, itu semua mungkin apabila setiap kaum muslimin bekerja untuk itu."

ref : http://deddy24.blogspot.com/2005/03/biografi-hasan-al-banna.html
Repost dari : http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/01/biografi-hasan-al-banna.html

Jumat, 14 Januari 2011

Inikah Malam Terakhirku?

Rembulan semakin membias diperaduannya, jam di dinding itu sudah sedari tadi berdetak tak kenal lelah..
dalam kesenyapan malam ini, pernahkah kita berfikir "Rabb, aku takut tidur lelap, aku takut Kau tak kembalikan ruh-ku kedalam jasad ini, bekalku tak seberapa banyak..apa yang harus kukatakan ketika persidangan itu kuhadiri, apa yang bisa kusuguhkan untukMu ya Rabb.."

Tanpa kita sadari, sudah berapa malam yang kita lalui, dengan tidur-tidur lelap itu, dengan mimpi-mimpi yang 
sempurna itu, dengan lirih sayup-sayup lantunan nina bobo itu, ahh saudaraku...mungkin kita lupa bahwa Allah 
sedang menahan ruh kita ketika kita terlelap. Bagaimana jadinya jika ruh itu tak pernah kembali pada tubuh si mpunya, bagaimana jadinya jika saat mata ini terjaga, yang terlihat hanyalah kabut tebal yang siap menyambut sesosok cahaya silau, ya!..Izroil yang berdiri gagah dihadapan pembaringan kita saat itu. Ya Ghofur, sungguh tak kuat diri ini membayangkannya.

"Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan bacaan di waktu itu lebih berkesan" (Qs.Al-Muzzammil : 6)
Benar-benar payah diri ini, sudah berapa ribu rakaat yang harusnya bisa kita tunaikan di sepertiga malam, berapa juta cinta yang kita lewatkan untuk berdua dengan Sang Khalik, berapa triliyun doa yang terhempas begitu saja--menguap--seiring jasad kita yang semakin terlelap. Padahal, di malam-malam sempurna itu, Sang kekasih sedang menanti kehadiran kita dengan khidmatnya, Ia menunggu puji-pujian dari bibir indah hambaNya. Ya Illahi Rabbi, tak seberapa lafas pujian yang terlontar dari mulut ini, lantas..masih pantaskah Kau menungguku dengan tergugu?

Semburat awan tipis menggenang dalam bayangku, sekelabat..selaksa kenangan itu mengalir perlahan, menusuk pori-pori hati yang semakin lapuk dan mengecil.
"apa saja yang sudah kita perbuat dimalam-malam kita?"
detak jantung seakan terhenti sesaat, batin seperti ingin menjerit sekencang-kencangnya, melafaskan kalimat Astaghfirullahaladzim dengan sisa-sisa tenaga yang ada. Sungguh saudaraku, mungkin kita pernah mencuri-curi waktu bercumbu dalam malam, bermain api dalam kelam, bermanja dengan khayalan dan angan yang sia-sia, betapa keterjagaan itu mungkin seringnya tak berdayaguna, tak melahirkan pahala, yang ada hanya tumpukan dosa dan dosa, terus dan terus..naudzubillahiminzalik.

Lalu,
inikah malam terakhirku?
malam yang tak mampu lagi kutatap mentari esok penuh harap, malam yang jadikanku harus mengumpulkan segala upaya untuk memberatkan timbanganku nanti, malam yang seolah menjadi cambuk dipeliknya kehidupan?,lantas..jika ini benar malam terakhirku, bagaimana dengan sanak saudaraku Rabbi, bagaimana dengan urusan-urusan duniawiku yang belum terselesaikan, bagaimana dengan hutang-hutangku yang belum juga kulunasi dengan segera?, bagaimana dengan bekalku yang hanya setitik zahra ini...ahh, terlalu sombong bahkan jika kumengatakan amalan ini sudah seberat titik zahra..
Ya Rabb, apa kuasa kami menahan waktu terhentinya usia kami di bumiMu, namun..bolehkah kami meminta untuk yang kesekiankalinya,,berkahkanlah tiap panjang usia kami, ampunilah malam-malam yang kami lalui dengan hanya kesia-siaan, maafkanlah malam-malam kami yang hanya tertipu oleh kenikmatan sesaat itu, maafkan Ya Rabb..

Rabb,
inikah malam terakhirku?

Parung, 130111
-MF-
cambuk bagi diri sendiri yang selalu dan selalu dalam ke-alpha-an :'(

Minggu, 09 Januari 2011

Kemana ini semua akan bermuara

Kemana ini semua akan bermuara..
Tercekat dengan kalimat itu, tiba-tiba saja ia seperti jelaga besar yang siap menghantamku kapan saja. Ya..kapan saja aku lemah, kapan saja aku rapuh.

"Katakanlah "Wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya (kecuali syirik)". Sungguh, Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepadaNya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong" (Qs.Az-Zumar : 53-54)

ahh, betapa diri ini sangat melampaui batas. fakta membuktikan, kejahiliyahan itu ternyata masih melekat dalam ruhiyahku, ampuni Ya Ghofur..
dalam samar kelam, lampu kamar yang kian hari makin meredup, otak dan hati ini seolah berdiskusi sangat hebat..apa yang kau cari duhai hamba Allah yang begitu hina?
Tiap langkahku menuju kantor, tetesan keringat yang membasahi pakaianku selama berdesak-desakkan dikereta, otak dan tenaga yang sepertinya habis terkuras karena dipaksa berfikir, mata yang kian lama kian hitam disekitarnya, waktu yang seolah terus berlari dan makin menyempit,, Rabbi...apa sebenarnya yang sedang hamba upayakan ini??, kemana ini semua akan bermuara..

"innama'a malubinniat"
hadits yang sedari TPA sudah bisa kuhafal ini ternyata pangkal dari semuanya, ya..dalam hadist arba'in pun ia menduduki urutan pertama, Ya Rahimm..ini semua tentang niat, tentang hulu yang baik..untuk nantinya ia dapat bermuara ke hilir yang baik pula

apakah masih bisa perbaiki segala niat ini Rabb??..
apakah masih diterima segala amal ibadah ini Rabb??..

aku jadi ingat cerita dari seorang Murabbiah, 
ada seorang pemuda, dikatakan pada saat hari peradilan Allah, ia diberikan nikmat yg begitu tak terkira..yaitu syurga, redaksinya kurang lebih seperti ini
"Masukkan ia ke syurgaKu wahai malaikat..karena rahmatKu", sontak pemuda itu beralih, "Duhai Rabbku, masukkan aku ke syurgaMu karena amalanku"
"Masukkan ia ke syurgaKu, karena rahmatKu" Allah memerintahkan untuk yang keduakalinya
"Rabbku, masukkan aku ke syurgaMu karena amalanku" sang pemuda begitu gigihnya
"Masukkan ia ke syurgaKu, karena rahmatKu" Allah memerintahkan untuk yang ketigakalinya. dan untuk yang ketiga kalinya sang pemuda menolak..
"Wahai malaikat, kalau begitu timbang amalannya", kemudian para malaikat menimbang amalan ibadah sang pemuda selama di dunia, alkisah si pemuda adalah ahli ibadah..ternyata, sang ahli ibadah itu hanya memiliki amalan sebesar "biji bola mata sebelah kiri"
"Duhai Malaikat, masukkan ia ke nerakaKu.." Allah kemudian memerintahkan para malaikat....
namun sang pemuda kemudian menangis dan menyesali perbuatannya, dan akhirnya ia dimasukkan ke syurga karena rahmat Allah

Illahi Rabbi...batinku menjerit sekencang-kencangnya, amalan seorang ahli ibadah saja hanya sebesar biji bola mata--dan hanya sebelah kiri, Rabb..lalu bagaimana dengan aku, bagaimana dengan hamba hina yang satu ini??
toh semua bermula dari niat kan, maka selayaknya lagi aku, kamu, kita pertanyakan kepada hati kita masing-masing, sebuah relung yang teramat sangat dalam ada di dekat detak jantungmu itu, sebersit nurani yang begitu perasa dan mudah tersakiti, selaksa cahaya yang memiliki celah dan mampu besinar kembali..
tanyakan pada hati dan pemilik hati itu..
apa yang sebenarnya sedang kita upayakan didunia ini?
kemana sebenarnya ini semua akan bermuara?

kuyakin, teramat sangat yakin
hati kecil itu tengah menangis, nurani itu sedang menjawab segala pertanyaan dan kegundahan ini..
"ini semua sudah cukup buat ibu bahagia mba.."
ahh..kalimat itu kembali menoreh luka dan asa, memikirkan masa depan selalu membuat embun mata ini terasa berat dan seolah ingin membuncah..
tolak ukur bahagia setiap kita pasti berbeda kan,,karena apa? bukankah ini semua kembali lagi ke niat saudaraku sayang..
bukankah ini semua akan ditujukan ke muara yang sesungguhnya..

tuts-tuts piano itu berdenting
indah terdengar
tapi
bukankah ia tetap akan berakhir
ketika sang pianis
mengakhiri pula partitur-partitur nada yang ada dihadapnya
ting..
dan melodi itu berhenti..

bukankah setelah berhenti itu akan datang lagi kehidupan, bukankah setelah melodi itu terhenti akan ada lagi aransemen baru..yang utuh, benar-benar nyata,
tas perbekalanku belum terisi apapun, lalu bagaimana nanti aku bisa bertahan hidup di muara sana, muara yang aku sendiri tak tau akan seperti apa..

ahh Rabbi..
apa yang sedang aku upayakan ini..

Parung, 090111
-MF-
dalam samar, kudengar denting melodi Qauliyah itu lagi..
ayat-ayat dari surat cinta itu terbuka lagi.."Qs.An-nahl:28-32"

Sabtu, 08 Januari 2011

Jangan Cengeng

huh..
siapa sih pemilik hati itu
hobinya cemberut melulu
sebentar-sebentar malu
sebentar-sebantar mengharu biru
duh..duh..duhh..


hiii...
apa sih maunya hati ini
sukanya menyendiri
sakit sedikit langsung lari
perih..!
inginnya selalu dinasehati
capek ihh..


yahh..
lagi kenapa sih hatinya
digertak sedikit langsung merona merah
didiamkan juga salah
payah...!


nah kan..
sekarang hati yang disalahkan
tak melihat keadaan
teman pun jadi sasaran
menyebalkan..


Astaghfirullah..
ayoo ingat Allah
dosa itu sudah tertumpuk banyak lhoo..


Parung, 130111
-MF-


Teruntuk hati ini yang selalu cengeng
Dunia ini tak kenal gadis penangis seperti itu
bangun..!!!
tegakkan kepala itu
kukuhkan kembali hati itu
percepat lagi langkah itu
Pilih mana...
terpuruk dengan kesedihan dan penyesalan
atau tegak dan berlari penuh ketegaran
walau harus jatuh..dan terjatuh lagi..
Please dong..
jangan cengeng ina..!!

Sabtu, 01 Januari 2011

Mentarbiyah diri sendiri, Yakin??

Dakwah adalah cinta. 
Cinta akan meminta semua yang ada pada dirimu,
berdirimu, dudukmu, tidurmu, bahkan setiap mimpimu adalah tentang dakwah,
tentang umat yang kau cinta
(Ust.Rahmat Abdullah)

Sebuah rutinitas yang sangat kurindu. 
seolah menjadi tamparan setiap mengingat kalimat sederhana ini, ada ritme yang sedikit merubah frekuensi hidup saya kini, sebuah pola dan lingkungan yang menyiratkan diri untuk harus semakin kuat mentarbiyah diri sendiri..
Mentarbiyah diri sendiri?
bahkan kalimat itu begitu janggal terdengar, seorang mulia seperti Musa alaihisalam pun harus berguru penuh kesabaran kepada sosok yang penuh strategi yang diutus Allah azza wa jalla, Rasulullah dan para sahabat amirul mukminin pun senantiasa mengkaji dan mencharger ruhiyah mereka di sebuah singgah bernama Darul Arkom.
Para tokoh mulia itu saja senantiasa berdinamisasi lewat dakwah-dakwah yang mereka lakukan. Lantas, apakah zahir hina seperti saya pantas membuat spekulasi mampu "mentarbiyah diri sendiri" ??

Andai malam mampu bersaksi, 
kurasa tiap peraduan dan celah-celah cahaya rembulannya akan berujar penuh kejujuran, 
"amati bayang diri, 
karena dalam kelam harusnya kau perbanyak muhasabah dan tafakur hati, 
renungi tiap masa yang perlahan berlari tak kenal henti
ahh..Rabbi Izzati..
Sejatinya Kaulah pemilik lapuknya hati ini.."

Dakwah profesi, sebuah urgensitas ilmu yang belum kudapati dan harus belajar otodidak penuh hati-hati..
Pembelajaran sederhana dari ikan di lautan, 
selama apapun mereka hidup dan berkelana disamudera luas,di dalam air yang Allah ciptakan asin..namun, ikan-ikan tersebut tak pernah ikut asin. Para ikan itu juga tak pernah terombang-ambing terbawa arus lautan, karena dalam tubuh mereka ada semacam penyeimbang yang membuat mereka tetap stabil walau arus besar sekalipun..

Dalam dekapan Ukhuwah, sebuah buku bersampul depan hitam..karya seorang anak negeri yang sangat brilian, tiap kata-kata yang ia rangkai seperi menghipnotis hati untuk terus bermuhasabah, semoga Allah senantiasa memberikan rahmatNya kepada beliau dan keluarga..
Saya ringkas sebuah percakapan dalam buku itu,
"Mengapa Allah tak pernah mengabulkan doaku, padahal ibadah-ibadah wajib dan sunahku tak pernah alpha kulakukan, sedang salah satu dari temanku...bahkan hampir jarang sekali sholat, ia selalu mendapatkan apa yang ia inginkan?" tanya seorang bapak kepada sang penulis
Penulis berkata, "saya ingin memberikan anda sebuah perumpamaan, misal..ada dua pengamen dengan tipe berbeda, sebut saja mereka pengamen A dan B"
"Pengamen A" ujarnya kembali.. "bersuara jelek, bahkan setiap nada yang ia keluarkan amat payah dan begitu parau didengar, pakaiannya pun begitu berantakan, nyanyiannya tidak terlalu memberikan esensi yang bermakna,,sedang pengamen B..ia seperti Bimbo ataupun Ebiet G.Ade, suara yang ia keluarkan begitu merdu, lirik-lirik yang ia lantunkan teramat sangat syahdu..Lantas, perlakuan apa yang kau berikan kepada dua pengamen tersebut" tanya Sang Penulis.
"Untuk pengamen A, aku akan segera memberikan uang receh kepadanya..berharap ia segera pergi dan aku tak mendengar suara paraunya lagi...", "sedang untuk pengamen B" lanjutnya.."akan ku ulur waktu untuk segera memberinya uang, aku ingin menikmati indahnya suara yang ia nyanyikan terlebih dahulu.."
"yahh..perumpamakanlah perlakuan itu sama seperti Allah yang Maha Mulia memperlakukan hamba-hambaNya"
"Menyegerakan keinginan hambaNya belum tentu karena Allah mengasihinya, mungkin saja Ia tak ingin mendengar rengekan-rengekan hambaNya berkepanjangan, hingga Ia menyuruh malaikat untuk segera memberikan apa yang hamba itu pinta (Naudzubillah...) "
"Sedang terhadap hamba yang senantiasa menjaga ibadahnya, Allah tak lantas bergegas memberikan apa yang hambaNya pinta, karena Ia ingin menikmati lantunan puji-pujian dari hambaNya terlebih dahulu, Ia ingin terus mendengar tangis cinta dari hati-hati hambaNya itu"
ahh..Rabbi, husnudzonkanlah selalu hati ini terhadapmu..

Dakwah profesi, sebuah urgensitas ilmu yang belum kudapati dan harus belajar otodidak penuh hati-hati..
Ya, memang..saya merasa ada satu dunia yang harus terlalu cepat saya tinggalkan disana, tapi..apakah lantas itu bisa saya jadikan tolak ukur bahwa itu adalah penyebab "kekerontangan diri ini"..Astaghfirullah, begitu ceteknya ilmu ini..

Dakwah itu dimana saja, nahi mungkar itu tidak pilih-pilih tempat!!
Ya, kembalikan lagi rotasi diri sesuai degan derajat perputarannya..tak ada kata lelah dan menyerah dalam dunia ini, karena saya yang membutuhkan dakwah ini, bukan ia..bukan!

Sebagai penutup,
kusuguhkan sebuat surat cinta dari Allah..
surat yang selalu menggema saat kuberada diantara mereka, dan akan terus menggema walau kini bukan lagi dengan mereka ^_^
Bismillah..
"Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu dijalan Allah, yang demikian itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui" (Qs.At-Taubah : 41)

Parung, 010111
-MF-

The Invisible Power

if the heart can say
it may be felt more relief
so be glad
with the inch of happiness


if the eye can sing
they will be recite
the most beautiful tone 
represent the song of my heart 
that cannot say


if the tongue was too hurt
adding a scratch wound
in every step of your twilight
trust me
thats the part of my blindness


Mom,
if this is a power..
it cause you always behind of me
give a thousand smile
to cool off my heart
to handle my weakness
to blessing me..
in every single of your night


let the blue sky watch the sweeties of your smile
let the sun give a little shine to yellowing your colour
let the wind to breathe your simple love
trust me Mom..
even morning,
dont want to leave you..


Parung, 010111
-MF-
Bu..andai setiap yang ada pada diriku bisa kutukar
aku ingin menukarnya,
untuk selalu melihat senyum indah itu ditiap pagiku
tersungging manis dibibirmu
rinduku selalu padamu bu...







Sinar kecil pagi

Terlalu pekat
hingga peluh itu samar kulihat


Padam
secawan sinar kecil itu
seperti ingin membias remuk redam


ah maya..
nila ini terlalu riuh mendamba syurga
lampu sudut kota
nampak remang mengharu menggugu
layaknya delima
ranum..
malu..


sejenak menengadah..
langit semakin membiru baja
untai angin perlahan menghamburkan kapas-kapas asa
nila ini perlahan menegakkan sisa-sisa renta
mengumpulkan jeruji-jeruji cita
yang hampir payah tertawan sang pujangga 
dan gemerlap durjana


ohh asa..
betapa merindu zahir ini merasa
mengembalikan retak-retak kata
yang tersekat diujung pena nya
biarkan masa telanjangi alpha
leburkan karam-karam cinta
dan
sang tertawan akan menguat membaja
lewat bias syahdu yang ia pendam
dalam..


hingga pagi
nanti
disebuah hari yang Hakiki lebih ketahui
nila akan menjadi putih sanubari
bukan lagi dalam mimpi
tapi 
sungguh di arena sejati..


Parung, 010111
-MF-