Sabtu, 01 Januari 2011

Mentarbiyah diri sendiri, Yakin??

Dakwah adalah cinta. 
Cinta akan meminta semua yang ada pada dirimu,
berdirimu, dudukmu, tidurmu, bahkan setiap mimpimu adalah tentang dakwah,
tentang umat yang kau cinta
(Ust.Rahmat Abdullah)

Sebuah rutinitas yang sangat kurindu. 
seolah menjadi tamparan setiap mengingat kalimat sederhana ini, ada ritme yang sedikit merubah frekuensi hidup saya kini, sebuah pola dan lingkungan yang menyiratkan diri untuk harus semakin kuat mentarbiyah diri sendiri..
Mentarbiyah diri sendiri?
bahkan kalimat itu begitu janggal terdengar, seorang mulia seperti Musa alaihisalam pun harus berguru penuh kesabaran kepada sosok yang penuh strategi yang diutus Allah azza wa jalla, Rasulullah dan para sahabat amirul mukminin pun senantiasa mengkaji dan mencharger ruhiyah mereka di sebuah singgah bernama Darul Arkom.
Para tokoh mulia itu saja senantiasa berdinamisasi lewat dakwah-dakwah yang mereka lakukan. Lantas, apakah zahir hina seperti saya pantas membuat spekulasi mampu "mentarbiyah diri sendiri" ??

Andai malam mampu bersaksi, 
kurasa tiap peraduan dan celah-celah cahaya rembulannya akan berujar penuh kejujuran, 
"amati bayang diri, 
karena dalam kelam harusnya kau perbanyak muhasabah dan tafakur hati, 
renungi tiap masa yang perlahan berlari tak kenal henti
ahh..Rabbi Izzati..
Sejatinya Kaulah pemilik lapuknya hati ini.."

Dakwah profesi, sebuah urgensitas ilmu yang belum kudapati dan harus belajar otodidak penuh hati-hati..
Pembelajaran sederhana dari ikan di lautan, 
selama apapun mereka hidup dan berkelana disamudera luas,di dalam air yang Allah ciptakan asin..namun, ikan-ikan tersebut tak pernah ikut asin. Para ikan itu juga tak pernah terombang-ambing terbawa arus lautan, karena dalam tubuh mereka ada semacam penyeimbang yang membuat mereka tetap stabil walau arus besar sekalipun..

Dalam dekapan Ukhuwah, sebuah buku bersampul depan hitam..karya seorang anak negeri yang sangat brilian, tiap kata-kata yang ia rangkai seperi menghipnotis hati untuk terus bermuhasabah, semoga Allah senantiasa memberikan rahmatNya kepada beliau dan keluarga..
Saya ringkas sebuah percakapan dalam buku itu,
"Mengapa Allah tak pernah mengabulkan doaku, padahal ibadah-ibadah wajib dan sunahku tak pernah alpha kulakukan, sedang salah satu dari temanku...bahkan hampir jarang sekali sholat, ia selalu mendapatkan apa yang ia inginkan?" tanya seorang bapak kepada sang penulis
Penulis berkata, "saya ingin memberikan anda sebuah perumpamaan, misal..ada dua pengamen dengan tipe berbeda, sebut saja mereka pengamen A dan B"
"Pengamen A" ujarnya kembali.. "bersuara jelek, bahkan setiap nada yang ia keluarkan amat payah dan begitu parau didengar, pakaiannya pun begitu berantakan, nyanyiannya tidak terlalu memberikan esensi yang bermakna,,sedang pengamen B..ia seperti Bimbo ataupun Ebiet G.Ade, suara yang ia keluarkan begitu merdu, lirik-lirik yang ia lantunkan teramat sangat syahdu..Lantas, perlakuan apa yang kau berikan kepada dua pengamen tersebut" tanya Sang Penulis.
"Untuk pengamen A, aku akan segera memberikan uang receh kepadanya..berharap ia segera pergi dan aku tak mendengar suara paraunya lagi...", "sedang untuk pengamen B" lanjutnya.."akan ku ulur waktu untuk segera memberinya uang, aku ingin menikmati indahnya suara yang ia nyanyikan terlebih dahulu.."
"yahh..perumpamakanlah perlakuan itu sama seperti Allah yang Maha Mulia memperlakukan hamba-hambaNya"
"Menyegerakan keinginan hambaNya belum tentu karena Allah mengasihinya, mungkin saja Ia tak ingin mendengar rengekan-rengekan hambaNya berkepanjangan, hingga Ia menyuruh malaikat untuk segera memberikan apa yang hamba itu pinta (Naudzubillah...) "
"Sedang terhadap hamba yang senantiasa menjaga ibadahnya, Allah tak lantas bergegas memberikan apa yang hambaNya pinta, karena Ia ingin menikmati lantunan puji-pujian dari hambaNya terlebih dahulu, Ia ingin terus mendengar tangis cinta dari hati-hati hambaNya itu"
ahh..Rabbi, husnudzonkanlah selalu hati ini terhadapmu..

Dakwah profesi, sebuah urgensitas ilmu yang belum kudapati dan harus belajar otodidak penuh hati-hati..
Ya, memang..saya merasa ada satu dunia yang harus terlalu cepat saya tinggalkan disana, tapi..apakah lantas itu bisa saya jadikan tolak ukur bahwa itu adalah penyebab "kekerontangan diri ini"..Astaghfirullah, begitu ceteknya ilmu ini..

Dakwah itu dimana saja, nahi mungkar itu tidak pilih-pilih tempat!!
Ya, kembalikan lagi rotasi diri sesuai degan derajat perputarannya..tak ada kata lelah dan menyerah dalam dunia ini, karena saya yang membutuhkan dakwah ini, bukan ia..bukan!

Sebagai penutup,
kusuguhkan sebuat surat cinta dari Allah..
surat yang selalu menggema saat kuberada diantara mereka, dan akan terus menggema walau kini bukan lagi dengan mereka ^_^
Bismillah..
"Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu dijalan Allah, yang demikian itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui" (Qs.At-Taubah : 41)

Parung, 010111
-MF-

Tidak ada komentar: