Jumat, 28 Januari 2011

Oh, Ibu Pertiwi

Tuhan, marahkah Kau padaku
tak kudengarkan perintahMu
ku sakiti Engkau sampai perut bumi
ampuni kami Ya Rabbi

Sepenggal lirik lagu Sherina Munaf itu seolah mengingatkan kita pada tanggal 26 Desember 2004, Indonesia tercengang!, seluruh dunia terperangah menyaksikan bencana alam yang begitu hebat, tsunami aceh telah meluluhlantakkan semuanya, sekejap!, hanya sekejap mata namun mampu menyisakkan kepedihan yang teramat dalam, lama..terlalu lama untuk bisa terlupakan.
Kini, Indonesia kembali berduka, bencana demi bencana, ulah demi ulah, propaganda demi propaganda, intrik demi intrik, dan celakanya semua terjadi bertubi-tubi, melumat segala celah dosa tiada habisnya.. Duhai syaithan, siapa sekarang yang harus disalahkan? kau dengan segala kepicikanmu ataukah iman kami dengan segala compang-camping yang ada?

kilas balik segala bencana untukmu Ibu Pertiwi sudah menggenang dalam telaga pikiran ini, sudah banyak pula doa-doa yang terpanjat atas segala musibah yang menimpa bahtera negara ini, lantas..kenapa semua seolah tak berbalik apa-apa, mengapa justru satu persatu jawabannya kembali lagi kepada bencana itu sendiri. Oh, Ibu...sepertinya anak-anakmu sudah terlalu banyak menabung dosa, hingga kami terlalu payah menggali lubang-lubang untuk tutupi segala dosa kami, kami bahkan terlalu sibuk memperkaya diri sendiri dan memperpuruk kemiskinan tetangga dan sanak saudara disekitar kami. Oh, Ibu..masih sanggupkah zahirmu pertahankan omong kosong kami?, masih tegarkah tanahmu menahan tiap pijakan kaki kami?, ya Ibu..kami masih bertahan disini, karena yang kami ingat hanya slogan "Hujan batu di negeri sendiri, tetap jauh lebih nikmat ketimbang hujan emas tapi di negeri orang". Mungkin, kami lupa Ibu,kami lupa bahwa kami mempunyai setumpuk PR untuk menghujankan emas di negeri kami sendiri, kami terlalu kasat mata bahkan mungkin hampir buta untuk merasakan kenikmatan hujan batu itu, alangkah bodohnya kami Ibu,,berfoya-foya disebuah komunitas yang mayoritas penduduknya kesusahan. ahh Ibu, saya sungguh malu Ibu, bahkan satu medali emaspun tak pernah kupersembahkan tuk harumkan namamu, Duhai Ibu pertiwi...engkau Indonesiaku, negeri merah putih itu, bangsa pemberani diatas tahta kesucian!, Ya..paling tidak itu yang pernah guruku doktrinkan padaku sewaktu kecil.

Lalu?
Pertanyaan itu kembali berbalik kepada setiap insan yang berpikir. Ya, karena hanya memang insan yang senantiasa bertafakurlah yang akan memikirkan kerumitan ini, kekompleksan fenomena ini, fenomena bangsanya sendiri!
Lantas apa yang bisa aku dan kau perbuat untuk memajukan bangsa ini kawan? apa?!. Tanyakanlah pada hati  itu, hati yang mungkin sudah berhibernasi terlalu lama dan cukup beku untuk berevolusi lagi, memanaskan segala anekdot-anekdot di Negerinya sendiri. Oh Allah, hampir kelu ruhi dan raga ini meratapi, apa kunci dari segala kepelikkan tanah airku ini, dan siapa yang harus merubah nasib Ibu Pertiwi ini?. Blushh..semua samar, bagai pendar matahari yang perlahan masuk menerobos selaput awan dan mengintip rembulan yang siap mengganti tahtanya, yah..seperti itulah kira-kira siluet bayang-bayang ranah mimpi kita..samar..jingga..antara merah, kuning, atau kebiru-biruan, karena tak jelas apa dan siapa yang sekarang mestinya memacu otaknya untuk berfikir keras, memompa jantungnya untuk tetap bertahan pada proporsinya. Bawahan menyalahkan atasan, atasan mencaci maki bawahan..Rakyat menjerit kesakitan, owalah..pemimpinnya malah enak-enakan makan buah-buahan diatas uang korupsi yang makin edan, hampir gila-gilaan!, Si A**n yang cuma dihukum dua tahun lantas bebas bersyarat cuma bermodal wajib lapor dan bisa menghirup udara kebebasan lega, atau bahkan G****s mahasiswa jebolan sekolah negara yang jadi permainan skandal makelar para penjahat itu, cuma divonis tujuh tahun,,lalu kudengar seorang ibu rumah tangga mencuri payung di supermarket terkenal dan divonis hukuman tujuh tahun penjara, owalah..alangkah lucunya negeri ini!!..semua serba tak jelas!
Tapi ada satu benang merah disini sahabat, satu titik terang. Bahwasannya Ibu pertiwi sedang menunggu kehadiran putranya sendiri, kitalah sang putra itu, peraih asa terbesar pangkuan negara, yang akan menerobos kata "berkembang" ini menjadi "maju", tak gerahkah kita dengan fluktuasi dan kondisi seperti ini?

Kalau "siapa" itu sudah terjawab, lantas "apa" yang harus kita perbuat?
saya jadi teringat kalimat Yoris Sebastian dalam bukunya yang sangat inspiratif "Oh My Godness", beliau mengatakan "Every big step start with an inch", kalau kata Aa Gym "Mulai dari yang kecil, Mulai dari diri sendiri, dan Mulai dari sekarang", sudah menemukan ujung simpul benang kusut itu untuk diluruskan? sudah tau kemana arah pembicaraan kita?. Yaps, ini semua kembali ke pribadi kita masing-masing. Semua orang takkan percaya kalau kita menggembar-gemborkan kedaulatan, integritas, profesionalitas, visi misi yang sepadan, tapi...dalam diri itu tak cerminkan secuilpun kearifan, Astaghfirullah...jangan sampai kita jadi golongan "kaburomaktan" sahabatku..(terlebih ini adalah cambuk untuk diriku sendiri), golongan orang yang dibenci Allah karena hanya mampu berbicara tapi NOTHING pada fakta!, naudzubillah..

Mulailah dari yang kecil sahabat, dari sesuatu sederhana namun mampu melekat begitu dalam pada setiap hati saudara-saudara kita, jangan hanya ambil logika dan ide-ide mereka tapi ambil juga hati mereka, letakkan di tangan itu..pegang betul-betul, karena hati mereka laksana krystal yang mudah pecah bahkan serpihan-serpihannya bisa melukaimu sendiri kalau kau tak berhati-hati..
banyak hal, Rasulullah adalah bukti nyata itu, Suri tauladan nomer satu yang tercatat dalam sejarah..senyumya,  kearifannya, kecerdasannya, kejujurannya, Allahumma soli wa salaim wa barik alaih.. :'(
simpulkan senyum manis itu dari bibir indah kita, keluarkan kata-kata santun dari indah lidah kita, berikan mereka ruang pada indah hati kita, tanamkan pemikiran-pemikiran hebat pada indah otak dan akal kita, hakikatnya bukan sebuah harta yang seutuhnya dibutuhkan tapi krisis perhatian yang sedang terjadi disini, pada sesama kita!.

Mulailah dari diri sendiri sahabat, dari jasad yang sedang tertancap kokoh itu, pada raga yang begitu tegap dan kekar itu, pada tiang-tiang pemikiran yang brilian itu.
Rezim Soeharto sudah pernah kita taklukan, Jepang dan Belanda pernah mengaku kalah pada ultimatum keberanian kita, sekutu memang hanya tinggal jadi kutu waktu itu, lalu...kenapa sekarang kita yang jadi malah seperti kutu? layu? malu-malu hadapi penjahat nomer satu itu? kalian tahu? Ya kita itu?, bahkan diri sendiripun seperti pura-pura lupa mengaku? haduuhhh, benalu..!
Tidak!
kalimat tak terpuji itu bukan untuk diriku!, bukan untuk dirimu!, bukan untuk kita yang sudah payah berdoa, berlaku seadanya semampu yang kita bisa, ya sahabat! kita sudah bergerak..hanya perlu sedikiiit lagi membara, membakar seisi energi-energi kita yang tertidur, Allah lebih menyukai muslim yang kuat kan ketimbang muslim yang lemah?. Malulah kita dengan Tunisia yang sudah dari kemarin terbagun, atau Mesir yang bau-baru ini sedang menggeliat dari tidurnya, ayo sahabat,,kita raih gemilang itu lagi pada tanah Ibu Pertiwi ini, bukankah kita mendamba Islam yang jaya di bangsa yang sedang kita tempati sekarang?
Bangunlah kawan!
Buat Allah bangga mempunyai jundi-jundi seperti kita, Oh Ya Rabb...
:'( kami maluu..

Mulai lah dari sekarang..
Ya sekarang,
detik ini juga sahabatku, detik ini juga kita buat rencana-rencana indah itu, karena kebaikan yang tak terencana akan terkalahkan oleh keburukan yang terencana (Sayyidina Ali bin abi thalib ra.), kalian tau mengapa Yahudi begitu pintar, bahkan sudah sedari kecil mereka punya konsep yang dahsyat untuk mendidik anak-anak bangsanya menjadi sosok yang pintar, mulai dari instrumen musik, matematika, latihan memanah, sampai wajib militer..ohh tentu kawan, lain Yahudi lain pula Palestina, mereka jauh jauh jauh lebih pintar dan hebad ketimbang Bangsa Laknatullah itu, lihatlah..how can imagine? anak usia 4tahun bisa menjadi penghafal Alquran...GREAT!! that the way you are!, kalau mereka bisa kenapa kita enggak!

Jangan menyerah..
Jangan mengalah..
Bangunkan bangkitkan semangat mu hingga membara
Yakinkan pastikan inilah puncak segalanya
Berbanggalah karena kau adalah 
SANG JUARA..!!
(Bondan prakoso feat fade2black)

Parung, 28 Januari 2011
-MF-
Diatas kepedihan meratapi Bangsa
Diatas kemarahan melihat Kaum Arab yang berjuang atas penindasan Rezim para antagonis dunia
Diatas kudukaan yang teramat dalam atas kecilnya diri ini dan tak mampu bersikap apa-apa
Ataghfirullahaladzim :'(
(Jeritan hati untuk negeriku sendiri)




Tidak ada komentar: