Kamis, 24 November 2016

Menunggu sore tiba

Belakangan ini, hampir setiap hari, selalu menunggu sore tiba. Berharap segera pulang, dan memikirkan hal lain selain pekerjaan.

Padahal pekerjaan ini sesuatu yang sangat menantang, mengcreate rotasi penerbangan, membuat jadwal keliling dunia, bermain dengan istilah2 asing yg tak pernah ditemukan semasa kuliah. Ya, padahal dunia penerbangan ini cukup menarik.

Tapi, apa ya, aku selalu ingin pulang, ingin cepat sampai rumah, bercanda dengan dia, memasak menu2 unik, menikmati merapihkan rumah, menata dekorasi rumah, membaca setumpuk buku, berangkat ke pengajian, berbelanja bahan di tanah abang, menjahit, menonton drama korea, berjualan online, hal hal lain yang waktunya sudah kuhabiskan didepan komputer ini

Ahh, kenapa ya,
aku rindu dengan sore, sudah kangen menikmati bahagia lain, yg tak ada disini..

🌷

Rabu, 27 April 2016

Menjemput Pagi - PART 1

Cerita Bersambung,
"Menjemput Pagi"
Part 1

***

Alya mengayuh sepedanya lebih kuat. Ada getaran luar biasa hebat yg bergemuruh dihatinya. Ia ingin segera sampai ke Rumah. Menyampaikan kabar gembira ini kpd ibunya. Bahwa dirinya, diterima scholarship keluar negeri. Senyumnya tak mau berhenti merekah. Ia berbunga.
***

Bumi menjadi semakin basah, hujan terus saja jatuh. sirami semua yang mengering, sepertinya ia sedang asik menari-nari bersama bumi. Alya enggan mengganggunya, ia memilih tenang pandangi mereka, mesra.

"Alya, mandi dulu nak. Hari sudah semakin sore". Lamunannya terhenti dgn sapaan ibunya. Alya sebetulnya enggan beranjak. Ia sedang nikmati pertunjukkan Sang Pencipta yang begitu mengagumkan.
" Bu, ayah kapan pulang?". Pertanyaan ituu terlontar begitu saja. Persis, setiap ia melihat hujan, setiap ituu pula ia merindukan ayahnya. Ayah yg ia dan ibunya tahu, sedang pergi merantau ke negeri orang. Menjemput rezeki, untuk ia dan ibunya.
"Kita sama-sama tunggu ayah ya Sayang". Alya mengangguk, lama ia menunggu ayahnya pulang. Saat hujan pertama membasahi seragam sekolahnya. Saat hujan pertama mengguyur ayah Dan dirinya. Mengayuh sepeda dengan kencang untuk bergegas pulang. Bergegas sampai Rumah. Saat ayahnya menjadi pahlawan pertamanya dari rinai hujan. Saat ia masih di sekolah dasar.

Alya berhenti melamun. Matanya nanar. Tangannya tergenggam erat, menggamit sebuah kertas. " Surat pengajuan beasiswa luar negeri, pendidikan Sarjana".
***

Menjemput Pagi.
-Marina Fauzia-