Senin, 17 Juli 2017

Bandung, dan semua cinta yang tumpah ruah.

Sore ini,
Setelah aktif mengikuti Writing Class Online dari Pak Cahyadi Takariawan dan Ibu Ida Nur Laila, semangat menulis saya tumbuh kembali. Entah sudah berapa lama episode kehidupan ini terlewati, karena lupa dijejaki dengan tulisan tulisan perangkai memori.

Pada salah satu modulnya, pak Cah memberikan topik materi yang sangat menarik, "Menulis Semudah Bernafas". Ahh, entahlah, sudah berapa bahasa yang saya bahkan lupa menatanya, bahkan sekedar kalimat sederhana yang kadang saya juga lupa bagaimana merangkainya.

Jadi teringat zaman kuliah dulu, Ya... zaman yg paling berkesan dari lembaran perjalanan hidup saya. Masa-masa yg tidak pernah bisa saya lupakan, bahkan seincipun. Dengan siapa, seperti apa kondisinya, dimana kejadiannya, hampir semua saya mengingatnya. Karena pada zaman itu, saya merasa tumbuh menjadi anak yg dewasa, saya merasa memiliki tanggungjawab yang paling berharga. Bahkan beban-beban itu.. Haha, masih jelas tergambar di ingatan saya.

Masa itu, masa dimana saya merasa paling nelangsa, tapi juga paling bahagia. Apa pasal?, karena masa itu, adalah masa kritis finansial orangtua saya. Baru itu saya mengalami yg namanya susah makan, Ya...betul betul baru itu!.
Baru itu hampir tiap malam saya menangis karena memikirkan ga pegang uang untuk besok "ngongkos" ke kampus dan makan, baru itu saya nangis gara-gara gabisa beli sabun, shampo, rinso, telor, mie instan, flashdisc, dn perlengkapan lain yg seringnya sangat saya butuhkan, Ya.. tahun kedua menjadi mahasiswa adalah masa yg sulit buat saya, bukan karena saya tak bisa mengikuti pelajaran, tapi justru karena saya belum pernah merasakan hidup sepaceklik ini.. Subhanallah

***

"Dan barangsiapa yg bertaqwa kpd Allah, Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan Dia akan memberikanmu rezeki dari arah yg tak disangka-sangka"
(Qs.At-Tholaq : 2-3)

Mereka adalah wasilah saya semangat menjalani hari, hampir disetiap waktunya daftar ulang semester, hampir saat itu juga saya harus mau berhadapan dg pihak administrasi kampus.

Pak Firman namanya, Direktur keuangan kampus saya, yg berbaik hati memanggil saya utk menyelesaikan masalah administrasi kampus saya dengan bijak, Ibu saya datang ke Bandung, menghadap beliau, berdiskusi, hingga akhirnya didapati jalan keluar bahwa saya tak perlu cuti akademik, biaya kuliah boleh dicicil semampu saya dn orgtua saya, Masyaa Allah...previlege macam apa ini, Ya Rabbana...

Mereka betul-betul pahlawan saya...

Pak Gelar, Bu Diana..
Mba Nita, Pak Didi...
Ulfa, Galuh, Anti, Vera, Rahma, Darma, Ata, Riska...
Gita, Una, Siska, Dian, Nisa, kiki...
Mba Fani, Mba Desti...
Mba Ina, Mba Omah, Rika, Teh Mira
Kang Yusuf, Teh Fahri..
Semua yg hadir mewarnai hidup yg sulit Ya Rabb...

Ahh Ya Rabb,
Banyak rasanya nama-nama yg penuhi otak saya, bingung rasanya berterima kasih dg mereka...sesak dada ini membayangkan kebaikan mereka...

Semua bantuan-bantuan itu sangat menolong utk saya, Ya Allah, andai kalian tahu betapa berjasanya kalian menaikkan pundak saya, membangkitkan langkah saya, menemani hari hari saya....
Bahkan setiap kata per kata yg kalian hadirkan utk semangati saya, masih saya ingat sangat jelas...

Ya Rabb,
Kesulitan itu membuat saya mengenal-Mu lebih baik, membuat saya lebih mencintai semua hamba-Mu dengan dada yg penuh sesak rasa syukur...
Terimakasih telah melenakanku dengan nikmat-nikmat ini Ya Rabb...

Izinkan aku bertemu mereka kembali Ya Rabb, dengan pelukan yg lebih dalam, dengan senyum yg semakin tenggelam..

***

Terimakasih,
Terimakasih yg sampai kelu saya mengungkapkannya...

19 Juli 2017
Mf.

Tidak ada komentar: