Jumat, 03 Juni 2011

Cermin sore ini

Masih dengan rasa canggung, masih juga berpeluh rasa bingung. 
Di usiaku yang genap 22 tahun ini, aku telah berpijak pada fase pendewasaan. Sebuah masa yang ku yakini penuh dengan segala pancaroba hati dan pemikiran.

Ada rasa sesak di hati, selalu penuh dengan rasa gemetar tiap kali aku menyadari bahwa aku benar-benar sedang mengukir cerita disebuah kertas yang setiap orang berkenan membacanya dan patut memberikan penilaian.
Sungguh masih segar dalam ingatanku saat SMP dulu, saat dimana usiaku tak seberapa untuk menilai dunia, Ya..aku masih anak bawang saat itu, hanya subjektifitas yang menjadi modal dasar dalam cara pandangku. Jika dimataku si A orang baik maka aku akan menirunya, Jika tidak maka aku akan membiarkannya. Sungguh lekat sekali Ia dalam ingatanku, wajah teduhnya, senyumnya yang menawan, keramahannya. 
Ia Murabbi pertamaku saat SMP, "Ummi Hafiz" biasa aku memanggilnya, yang karenanya aku ingin sekali menutup kepala dan seluruh auratku, aku terpikat olehnya..

Sekali lagi dulu aku masih anak bawang, gadis yang masih saja bergantung pada subjektifitas. Meski aku telah berhijab, toh aku masih belum benar-benar berhijab *menurutku lho :D*
OSIS membentuk karakterku, aku semakin senang saja berkelahi di Tae Kwon Do, bahkan aku lebih memilih latihan Tae Kwon Do ketimbang harus mengikuti kajian Rohis di SMA setiap hari ahad, ahh..masa-masa penuh ambisi :')

Hingga Allah mengenalkan aku dengan dia, Dela..
Yang sekarang menjadi sahabatku, Ia berhasil menjerumuskan ku dalam kebaikan, Ia berhasil menyempurnakan bekal yang telah kuperoleh dari Murabbiku, Terimakasih sahabat..

Kupikir agama hanya sebatas ini saja, 
Aku--masih dengan segala kenakalan-kenakalanku, meski sudah berhijab, aku terus melawannya, aku terus membentuk bola-bola salju kekhilafan, aku masih saja dalam rundung ke-alpha-an.
Sampai aku bertemu dengan mereka, Bidadari-bidadari Pelangi. Mujahidah-mujahidah penghias hatiku yang terus saja menampar kebodohan ruhani dan fikri ku, yang terus saja menghujamkan peluh yang bertubi-tubi mendera relung batinku.
Setengah menyadari, bahwa aku dilihat, aku disaksikan berjuta pasang mata. Pertumbuhan tsaqofahku dipaksa untuk segera berkembang dan tumbuh pesat. Ya, aku mulai mengenal cinta saat itu, cinta yang tak pernah kurasa sepanjang usiaku ada di bumi, cinta yang aku nyaman berada dalam romansa-romansa itu. aku mulai mengenalNya, benar-benar mengenalNya, Allah kariim..
Ia yang namaNya terlalu mempesona, Ia yang aku terpikat dengan cara-caraNya melindungiku, Ia yang selalu bisa mendamaikan rapuhku atau sekedar memberiku keteduhan saat aku mulai kerontang. Ia yang aku begitu mencintaiNya, Allah azza wa jalla..

Cinta penuh ujian dan pengorbanan.
aku baru menyadari bahwa aku tak benar-benar mencintaiNya, aku semakin larut dalam duniaku, aku terus saja bermain-main dengan kesenangan sesaatku. Ya, aku dengan segala ambisiku. Tapi, Ia tak pernah putus memberiku nikmat..Ohh, untuk pertama kalinya aku malu, teramat sangat malu padaNya, Ia yang kuyakini selalu menyayangiku :'(
Terus terjatuh, terbangun lagi, terus-terus saja seperti itu..hingga jadilah kini diriku, seadanya, sehina-hinanya aku..

Sampai genap usiaku kini,
Sepenuhnya menyadari,
Fase ini harus bisa kulewati dengan penuh perjuangan dan pengorbanan, Fase yang kusebut dengan PEMBELAJARAN, fase dimana bertumpuk tanggung jawab harus ku emban dan ku jalankan, fase dimana satu persatu amanah harus sesegera mungkin kuselesaikan.
Sebuah loyalitas ingin kupersembahakan pada mereka Pahlawan hidupku :')
sejatinya aku bangga berada disekitar kalian. Aku yakin, semua perkenalan dan semua pertemuan tak mungkin begitu saja terwujud secara tiba-tiba, Allah punya rencana atas semuanya itu. Tinggal bagaimana sang hamba mentadaburinya.
***

Ina.



Tidak ada komentar: