Kamis, 17 Juni 2010

Dirinya..

Bismillah..

Entah sebenarnya seberapa kuat ia bertahan, seberapa giat ia melabuhkan segala perbekalan, dari awal ia coba menentang kepesimisan, nekat..ataukah memang ia sosok yang terlalu berani dan optimis, saya sendiri pun tak tahu.
Saat teman-teman sebayanya mungkin lebih beruntung darinya, atau bahkan ia yang lebih beruntung dari teman-teman sekitarnya.. entahlah, ini sungguh penilaian yang terlalu subjektif

Ini sebenarnya bukan kisah cengengnya, atau sekedar keluh kesah kemiskinannya, tapi inilah realita hidupnya, yang mungkin saya sendiri tak habis pikir, bagaimana ia mampu bertahan sampai sejauh ini..
Berawal dari ketidaktahuan dan keterasingannya terhadap kota baru yg akan ia tempati nanti, tiga tahun kedepan nanti..
Atas nama pengetahuan dan pendidikan, akhirnya ia sampai disini..awal yang indah atau mungkin gundah, terlalu naif ia jalani. hanya belajar dan belajar yang ia tahu, ia tersenyum..beginikah hidup?
semua melangkah, segalanya bergerak dan berpindah pada posisinya, termasuk kehidupan dan pemikirannya..di titik pertengahan pendidikannya, saat ia baru merasakan kenikmatan, saat ia baru menyenangi kemanjaan,,tak dinyanah itu hanya sebentar..sekejap ia membuka mata dan terjaga bahwa ini adalah fakta..

Sungguh nyata, ia berada dititik ketidakadaan,
realita bahwa ia hanya mengantongi limapuluh ribu rupiah atau terkadang seratus ribu rupiah untuk perbekalannya dinegeri orang, dengan segala kehidupan dan pendidikan..
selama sebulan teman..bahkan kurang atau lebih
cukup berjalan, atau sekedar belajar menahan minum dan makan, lebih dari itu, saya yakin niatnya lebih dari itu..
fakta bahwa ketidakadaan yang mengajarinya, untuk tidak mengeluh pada perjalanan, untuk tidak menangis dipersimpangan waktu, hingga ia benar-benar telah menemukan titik akhir nadir dan jasadnya diperuntukkan

ia telah banyak menemui pertolongan, disetiap sisi-sisi jalan kehidupannya, sungguh banyak malaikat yang menjadi saksi kebaikan insan-insan disekitarnya, ia tak mau sesumbar, tapi sungguh apa yg bisa ia sumbarkan selain doa dan tangisan untuk insan-insan mulia itu, hingga ia mampu berada di limit garis finish ini..
saya tau apa yg ia lakukan, rasanya segala cara ia lakukan untuk bisa bertahan, tetap berada disini, menyelesaikan apa yg harus ia selesaikan

Kini,
tinggal sedikit lagi ia menginjak garis finish, tinggal selangkah lagi ia meraih pita kemenangan, tapi mengapa..tiba-tiba sosoknya menghilang, kegigihan yang saya lihat secara perlahan memudar, kekuatan yang senantiasa menyala sedikit demi sedikit meredup.
ia seperti lupa dengan garis finishnya, ia seolah bungkam, dan berujar dengan kening mengkerut..beginikah hidup??
ia menangis..
ia patah dan mengeluh kalah..
padahal sedikit lagi ia rangkul mimpi itu, saya menangis, bukan karena kesedihannya, saya menangis bukan karena tangisannya, saya menangis..miris..karena saksikan kepesimisannya, saya rindu kobaran api itu, saya rindu basahny keringat semangat itu
ia seperti lupa, kalau ia pernah menembus tembok malunya..
saya rindu dengan lelahnya
saya rindu dengan tangisan kemenangannya
ia tahu itu..

"Saya hanya sejenak tersandung dan jatuh, tapi sekarang saya sudah bangkit dan siap berlari lagi"
itu lirihnya..

Bandung, 17062010
-MF-
Hening..

2 komentar:

Unknown mengatakan...

waaah teteh dari bandung y?
kenal teh gisti? anak poltek y??
*waaa komennya ga nyambung ma blognya

Marina Fauzia mengatakan...

Ih intan..ini teh ina say, apakah anda mengenali saya?
Seorang mahasiswi yang pernah menemani anda merapihkan jilbab di toilet saat acara SMILE..
ingat??